Senin, 30 April 2012

hatur nuhun... ka Bpk. Partisan Siliwangi... alhamdulillah manawi teu lepat... R. Ngaehi Madamadia gaduh puputra : Rd. Martadiredja (puputra):
1. Nyi Rd. Nimbang Nata Karaton ( wanayasa )
2. Rd. Demang Puradiredja ( pagaden )
3. Nyi Rd. Onca Ratnamirah + R. Djayadikarta ( putra Demang Ciasem ) puputra :
    a. R. Oci Antedja
    b. R. Martabat Kertadikarga ( Demang Bintang Subang )
    c. R. Kertadriya
    d. R. Djayawirta
    e. R. Andali Djayasukarta
    f.  R. R. Djumirah
    g. R. Mutimah
    h. R. Soean Kertadiredja

Kaleresan penulis keturunan ti R. Martabat Kertadikarga.

PAMANUKAN
Rerehan ti R. Ariyakertayuda ( Bupati Ciasem ) puputrana R. Rasman Djayadipraja ( Demang Ciasem ) ;
puputrana :
1. R. Djayadikusumah ( Demang Wanaredja )
2. R. Djayadikarta
3. R. Alkam
4. R. Enah
5. R. Djayadilaga

sementawis mung nembe sakitu nu tiasa dipihatur.. mudah-mudahan tiasa janten paluruh kekerabatam. hatur nuhun. Andrie Lesmana ( Putu R. Kusna Adiakusumah )

Selasa, 10 April 2012


Sri Baduga Maharaja (Ratu Jayadewata) mengawali pemerintahan jaman Pajajaran, yang memerintah selama 39 tahun (1482-1521). Pada masa inilah Pakuan mencapai puncak perkembangannya. Dalam prasasti Batutulis diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama ketika Jayadewata menerima tahta Kerajaan Galuh dari ayahnya (Prabu Dewa Niskala) yang kemudian bergelar Prabu Guru Dewapranata. Yang kedua ketika ia menerima tahta Kerajaan Sunda dari mertuanya, Susuktunggal. Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa Sunda-Galuh dan dinobatkan dengar gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
  Waktu mudanya Sri Baduga terkenal sebagai kesatria pemberani dan tangkas bahkan satu-satunya yang pernah mengalahkan Ratu Japura (Amuk Murugul) waktu bersaing memperebutkan Subanglarang (istri kedua Prabu Siliwangi yang beragama Islam). Dalam berbagai hal, orang sezamannya teringat kepada kebesaran mendiang buyutnya (Prabu Maharaja Lingga Buana) yang gugur di Bubat yang digelari Prabu Wangi.
  Beliau senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Jawa Barat. Kemashurannya sampai kepada beberapa negara di pulau-pulau Dwipantara atau Nusantara namanya yang lain. Kemashuran Sang Prabu Maharaja membangkitkan (rasa bangga kepada) keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Jawa Barat. Oleh karena itu nama Prabu Maharaja mewangi. Selanjutnya ia di sebut Prabu Wangi. Dan keturunannya lalu disebut dengan nama Prabu Siliwangi. Demikianlah menurut penuturan orang Sunda
Prabu Siliwangi seorang raja besar dari Pakuan Pajajaran. Putra dari Prabu Anggalarang dari dinasti Galuh yang berkuasa di Surawisesa atau Kraton Galuh. Pada masa mudanya dikenal dengan nama Raden Pamanah Rasa. Diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang juru pelabuhan Muara Jati. Istri pertama adalah Nyi Ambetkasih, putri dari Ki Gedengkasih. Istri kedua, Nyai Subang Larang putri dari Ki Gedeng Tapa. Ketiga, Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang.
Adapun Dinasti Prabu Siliwangi yang masuk Islam adalah dari garis ibu, Subang Larang. Dapat dipastikan dari Subang Larang ajaran Islam mulai dikenal oleh putra-putrinya. Walaupun Subang Larang sebagai putri Ki Gedeng Taparaja Singapora bawahan dari Kerajaan Pajajaran. Namun Subang Larang adalah murid dari Syekh Hasanuddin atau dikenal pula sebagai Syekh Kuro. Adapun putra pertama adalah Walangsungsang. Kedua, putri Nyai Larang Santang. Ketiga, Raja Sangara. Tidak mungkin Subang Larang dengan bebas membelajarkan ajaran Islam secara terbuka dalam lingkungan istana. Oleh karena itu, Walangsungsang, mempelopori meninggalkan istana dan berguru kepada Syekh Datuk Kahfi di Gunung Amparan Jati di Cirebon. Syekh Datuk Kahfi dikenal pula dengan nama Syekh Nuruljati. Dalam pengajian dengan Syekh Nurjati, diwisuda dengan ditandai pergantian nama menjadi Ki Somadullah. Kemudian membuka pedukuhan baru, Kebon Pesisir. Kelanjutannya menikah dengan Nyai Kencana Larang putri Ki Gedeng Alang Alang. Dari sini memperoleh gelar baru Ki Wirabumi
Syekh Kuro yang dikenal pula dengan nama Syekh Hasanuddin, memegang peranan penting dalam masuknya pengaruh ajaran Islam ke keluarga Sang Prabu Siliwangi. Persahabatan Ki Gedeng Tapa dengan Syekh Kuro, menjadikan putrinya, Subang Larang masantren di Pesantren Syekh Kuro. Adapun kedudukan Ki Gedeng Tapa adalah sebagai Syahbandar di Cirebon. Menggantikan Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat. Ki Gedeng Tapa dikenal pula dengan nama Ki Gedeng Jumajan Jati.
Ki Gedeng Sinangkasih memiliki kewenangan yang besar. Tidak hanya sebagai Syahbandar di Cirebon semata. Ternyata juga memiliki kewenangan mengangkat menantunya, Raden Pamanah Rasa sebagai Maharaja Pakwan Pajajaran dengan gelar Sang Prabu Siliwangi.
Adapun istri pertama Sang Prabu Siliwangi adalah Nyi Ambet Kasih putri kandung Ki Gedeng Sindangkasih. Istri kedua, Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa. Isteri ketiga, Nyai Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang.
Dari peristiwa pergantian kedudukan di atas ini, antara Ki Gedeng Tapa dan Sang Prabu Siliwangi memiliki kesamaan pewarisan. Keduanya memperoleh kekuasaan berasal dari Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat. Hubungan antara keduanya dikuatkan dengan pertalian pernikahan. Sang Prabu Siliwangi mempersunting putri Ki Gedeng Tapa yakni Subang Larang. Dengan demikian Sang Prabu Siliwangi adalah menantu Ki Gedeng Tapa.
Pernikahan di atas ini, mempunyai pengaruh yang besar terhadap kekuasaan politik yang sedang diemban oleh Sang Prabu Siliwangi. Tidaklah mungkin kelancaran kehidupan Kerajaan Hindu Pajajaran, tanpa kerja sama ekonomi dengan Syahbandar Cirebon, Ki Gedeng Tapa. Begitu pula sebaliknya, Ki Gedeng Tapa tidak mungkin aman kekuasaannya sebagai Syahbandar, bila tanpa perlindungan politik dari Sang Prabu Siliwangi. Guna memperkuat power of relation antar keduanya, maka diikat dengan tali pernikahan.
Karena sangat banyak kapal niaga muslim yang berlabuh di pelabuhan Cirebon, kapal niaga dari India Islam, Timur Tengah Islam dan Cina Islam. Pembangunan mercusuar di pelabuhan Cirebon memungkinkan tumbuhnya rasa simpati Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebon terhadap Islam. Dapat dilihat dari putrinya Subang Larang, sebelum dinikahkan dengan Sang Prabu Siliwangi, dipesantrenkan terlebih dahulu ke Syekh Kuro. Di bawah kondisi keluarga dan pengaruh eksternal yang demikian ini, putra putri Sang Prabu Siliwangi mencoba lebih mendalami Islam dengan berguru ke Syekh Datuk Kahfi dan Naik Haji.




















Situs Nangka Beurit merupakan Makam Dalem Aria Wangsa Goparana terletak di Blok Karang Nangka Beurit maka situs ini lebih dikenal dengan sebutan Keramat Nangka Beurit., Desa Sagalaherang Kaler, Kecamatan Sagalaherang kabupaten Subang. Komplek makam berada di ujung kampung dekat areal persawahan tepatnya pada koordinat 06°39’59” Lintang Selatan dan 107°39’05” Bujur Timur. Dalem Aria Wangsa Goparana merupakan putera Sunan Wanaperi, raja kerajaan Talaga, Majalengka. Di Talaga, Arya Wangsa Goparana merupakan orang pertama yang memeluk Islam. Ketika itu ia mendapat pelajaran dari Sunan Gunungjati. Pada tahun 1530 ia mengadakan perjalanan ke arah barat dalam rangka menyebarkan agama Islam. Wilayah yang diislamkannya meliputi Subang, Pagaden, Purwakarta, Cianjur, Sukabumi, dan Limbangan.
   Ketika itu kawasan ini merupakan wilayah kerajaan Sumedang Larang. Arya Wangsa Goparana menurunkan lima orang putera yaitu Entol Wangsa Goparana, Wiratanudatar, Yudanegara, Cakradiparana, dan Yudamanggala. Putera Arya Wangsa Goparana ini kemudian menyebar ke daerah Limbangan, Cijegang (Cikalongkulon), Cikundul dan tempat-tempat lain. Di tempat yang baru, keturunan Arya Wangsa Goparana banyak yang menjadi orang penting seperti bupati dan ulama besar.
Untuk menuju makam, setelah melalui gerbang masuk berbentuk gapura bentar yang berada di ujung kampung, kemudian melewati jalan setapak yang sudah diplester. Di kanan jalan merupakan areal persawahan, sedang di kiri jalan jurang sedalam sekitar 4 m. Pada jurang tersebut terdapat banyak tumbuhan buah-buahan seperti durian, jambu air, nangka dan juga pala. Jalan setapak yang harus dilalui ini jauhnya sekitar 500 m. Pada ujung jalan setapak sebelum sampai ke komplek makam terdapat beberapa makam masyarakat. Kompleks makam Keramat Nangka Beurit dikelilingi pagar dengan gerbang masuk terletak di bagian selatan kompleks. Gerbang masuk berupa gapura berbentuk paduraksa dilengkapi pintu besi. Di dalam kompleks terdapat pemakaman umum. Makam-makam umum ada yang dilengkapi jirat ada pula yang tidak berjirat. Makam yang tidak berjirat pada umumnya dilengkapi nisan batu pipih panjang ada yang berbentuk seperti kujang.
Pada bagian tenggara kompleks makam terdapat beberapa makam yang berada pada lahan berpagar tembok. Tokoh yang dimakamkan di bagian tersebut adalah para juru kunci. Gerbang masuk ke komplek makam para juru kunci berupa gapura paduraksa. Makam Aria Wangsa Goparana berada pada bagian barat laut komplek makam. Makam berada pada bangunan cungkup permanen dengan atap tumpang dari bahan genting. Pintu masuk cungkup berada di sisi timur. Pada dinding sisi utara, barat, dan selatan terdapat jendela kaca. Kondisi makam Aria Wangsa Goparana sulit dilihat karena tertutup kain kelambu. Nisan makam dibungkus kain putih sehingga bentuknya sulit diketahui. Di sebelah timur cungkup makam Aria Wangsa Goparana terdapat bangunan mushala yang bernama Mushala Al-Ikhlas. Seluruh bangunan di kompleks makam ini merupakan bangunan baru yang pemugarannya dilaksanakan pada 25 Maret 1984 dan peresmiannya pada 27 Mei 1984.
Arya Wangsa Goparana adalah tokoh penyebar Islam di Sagalaherang. Tokoh ini merupakan putera Sunan Wanaperi, raja kerajaan Talaga. Di Talaga, Arya Wangsa Goparana merupakan orang pertama yang memeluk Islam. Ketika itu ia mendapat pelajaran dari Sunan Gunungjati. Pada tahun 1530  ia mengadakan perjalanan ke arah barat dalam rangka menyebarkan agama Islam. Wilayah yang diislamkannya meliputi Subang, Pagaden, Purwakarta, Cianjur, Sukabumi, dan Limbangan.

Ketika itu kawasan ini merupakan wilayah kerajaan Sumedang Larang. Arya Wangsa Goparana menurunkan lima orang putera yaitu Entol Wangsa Goparana, Wiratanudatar, Yudanegara, Cakradiparana, dan Yudamanggala. Putera Arya Wangsa Goparana ini kemudian menyebar ke daerah Limbangan, Cijegang (Cikalongkulon), Cikundul dan tempat-tempat lain. Di tempat yang baru, keturunan Arya Wangsa Goparana banyak yang menjadi orang penting seperti bupati dan ulama besar.
Sagalaherang adalah asal muasal putra Dalem Aria Wangsa Goparana nyaeta Rd Jayasasana ( Dalem Aria Wiratanadatar . Cikundul ), dilahirkan pada saat itu karena rasa gembira masyarakat didaerah tersebut menyalakan obor dimana – mana sehingga menjadi terang, yang tadinya  daerah tersebut seperti hutan menjadi terang benderang ( herang ) sehingga menjadi terang dimana – mana, akhirnya disebut Sagalaherang.
Pendapat lain menerangkan bahwa sewaktu Dalem Aria Wangsa Goparana mengembara di suatu tempat yang  semuanya tampak bersih, disuatu tempat itu juga ada suatu sungai yang airnya sangat bersih, sehingga beliau mengambil air wudhu dan sembahyang. Selanjutnya tempat tersebut disebut Sagalaherang.
Pendiri Sagalaherang Dalem Aria Wangsa Goparana merupakan orang yang pertama yang membuka daerah Sagalaherang pada Tahun 1525 M. Beliau merupakan salah satu Wali Allah yang menyebarkan agama Islam di daerah Subang, Pagaden, Pamanukan, Cianjur dan Sukabumi. Beliau berasal dari Kerajaan Talaga yang mengembara sampai ke Sagalaherang. Alasan beliau melakukan pengembaraan dan meninggalkan Kerajaan Talaga, menurut pendapat waktu itu, yaitu ada 2 (dua) alasan ;
1.    Waktu itu beliau sudah memeluk Islam di Kerajaan Talaga, sementara orang tua beliau masih memeluk Budha / Hindu. Sewaktu orang tuanya mengetahui beliau sudah memeluk agama Islam, belaiu diusir dari Kerajaan Talaga terkecuali kalau beliau menganut kembali agama terdahulu. Beliau lebih memilih pergi dari Kerajaan Talaga karena keimanan dan keyakinannya terhadap agama Islam sudah kuat. Walaupun beliau masih muda tapi sudah banyak pengikutnya, kepergiannya dari Kerajaan Talaga diikuti oleh beberapa punggawa dan pejabat kerajaan yang lainnya.
2.    Pendapat lain, Beliau keluar dari Kerajaan Talaga karena mendapatkan tugas dari gurunya untuk menyebarkan agama Islam, sementara orang tuana sebenarnya sudah lama memeluk Islam. Ini dibuktikan dengan adanya makam orang tuanya di Daerah Talaga yang sudah memeluk Islam ( di Kampung Kagok ). Dari sejarah Cirebon disebutkan di suatu waktu pasukan Cirebon melakukan perayaan sampai ke perbatasan Kerajaan Talaga, sementara pada rombongan pertama yaitu Pasukan Demak ( dari Jawa), pada waktu itu ditanya dengan menggunakan bahasa Sunda tetapi Pasukan Demak salah penerimaan sehingga akhirnya mengakibatkan terjadinya Perang Rongkah. Peristiwa ini terdengar oleh Putra Mahkota Kerajaan Talaga yaitu Rd. Aria Kikis ( Dipati Wanaperi ) sehingga beliau marah sambil membawa Pusaka Cutak Rarang, pasukan tersebut terdesak mundur. Sunan Gunung Jati dari pihak Cirebon maju menghadapi Rd Aria Kikis, sewaktu berhadapan Rd Aria Kikis malah memberikan hormat ke Sunan Gunung Jati, karena selain sebagai Wali Allah, beliau juga masih cucu dari Prabu Siliwangi yang masih ada kaitan darah dengan Rd. Aria Kikis. Sebenarnya sebelum kejadian tersebut Kerajaan Talaga sudah memeluk Islam tetapi telah lepas dari Cirebon. Setelah kejadian itu Kerajaan Talaga bergabung dengan Cirebon. Pusaka Cutak Rarang diserahkan ke Sunan Gunung Jati. Dan Rd. Aria Kikis terkenal dengan Sunan Ciburang.
Arya Wangsa Goparana mengandung arti yaitu Arya ( suatu pangkat yang sama dengan Senopati ) Wangsa ( keturunan ) Goparana ( pemikul senjata ), jadi artinya adalah Senopati yang keturunan dari bangsawan atau ksatria.
Pada sewaktu membuka daerah Sagalaherang. Beliau menjadikan daerah tersebut menjadi daerah pendidikan ( penyebaran ) agama Islam. Mesjid pertama kalo dibangun adalah Mesjid di Citalutug, bukti Sagalaherang daerah penyebaran Islam yaitu banyaknya peninggalan berupa makam – makam kuno islam, diantaranya di Dayeuh Kolot, Cinengah, Malilin, Wanyasa                   ( Purwakarta ), Nangkabeurit dan daerah sekitarnya. Sampai sekarang makam – makam tersebut sering diziarahi dari mana – mana. Namun yang biasa didatangi adalah yang di Nangkabeurit karena beliau merupakan pemimpin dijamannya. Sehingga waktu itu sampai banyak orang – orang ( santri ) yang ingin belajar agama Islam dari mana – mana, akhirnya dipandang perlu didirikan suatu pemerintahan. Cinengah dijadikan pusat pemerintahan, beliau menjadi seorang pemimpin dengan tokoh – tokoh agama Islam waktu itu. Walaupun beliau masih turunan raja, tapi beliau tidak berambisi untuk membuat suatu kerajaan ataupun sejenisnya untuk menjadi penguasa, karena beliau lebih tertarik ke bidang keagamaan.


























SILSILAH
KETURUNAN KERAJAAN GALUH
( PAJAJARAN – MAJAPAHIT – MATARAM )

 






PRABU SUNDALA ( Prabu Kadewaan ), menurunkan ;
v   Prabu Dewata Cengkar ( Adji Saka ), 78 Masehi
v   Prabu Andong
v   Sri Madja Galuh
v   Sri Hawu – Hawu Langit  +    Nyai Rara Wetan ( Nyai Bagelen )
·      Puputra  :  Prabu Unggul ( Gento )
v   PRABU MUNDINGSARI  +    Kanjeng Ratu Kidul ( Ratna Suwida )
                                               +     Putri Bisu / Tuli  ( Dipungut Raja Kelan (Ceylon) )
·      Prabu Wanasari
·      Prabu Tanduran
·      Ratu Lalean
·      Prabu Banjaransari
·      Prabu Aryang Banga
·      Srihaji Mantularan
·      PRABU MUNDINGWANGI ( Kanjeng RATU GALUH ) ;
Ø  Prabu Maharaja Sakti ( Siluman )
Ø  PRABU CIUNG WANARA ( Leluhur Pajajaran )
Ø  Prabu Aryang Banga ( Leluhur Majapahit )


“ALKISAH PRABU CIUNG WANARA”
Permaisuri Ratu Galuh yang bernama Naganingrum dan selirnya bernama Dewi Pangrenyep pada waktu itu sama – sama mengandung. Waktu Ratu Galuh mau lengser keprabon  ( tahta ) telah berpesan kepada Patihnya bernama Arya Kebonan, bahwa jika permaisurinya melahirkan ana laki – laki maka ia harus dinobatkan menjadi Kepala Negara Bagian Barat. Kebetulan Naganingrum melahirkan anak laki – laki yang waktu lahir diculik oelh selir bernama Dewi Pangrenyeup dan digantikan dengan seekor anak anjing. Sementara Dewi Pangrenyeup melahirkan pula anak laki – laki yang beri nama Aryang Banga.
Bayi yang diculik itu sendiri dihanyutkan bersama sebutir telur ayam dalam suatu peti           ( kandaga ) dan ditemukan oleh Aki Balangantrang yang rumahnya di tepi Citanduy. Bayi tersehut diberi nama CIUNG WANARA. Setelah bayi besar dan telur ayam telah menetas dan menjadi ayam jago yang tidak terkalahkan. Pada suatu waktu ada sayembara dari Keraton Galuh dalam adu ayam, siapa yang menang dalam sayembara tersebut akan diberi tanah Negara Bagian Barat                 ( Pajajaran ). CIUNG WANARA ikut dan menang dalam sayembara tersebut.

KERAJAAAN
PAJAJARAN
 





v  PRABU CIUNG  WANARA ( LELUHUR PAJAJARAN )
·      RATU AYU PURBASARI  +  LUTUNG KASARUNG ( GURU MINDA ), putra SUNAN AMBU dari Khayangan, menurunkan ;
RAJA – RAJA KAWALI :
1.    Lingga Dewata, 1311 -1333 M
2.    Lingga Wisesa, 1333 – 1340 M
3.    Raga Mulya, 1340 – 1350 M
4.    Prabu Lingga Wesi, 1350 – 1357 M ( Perang Bubat ) ( Putri Dyah Pitaloka )
5.    Bunisora Suradipati, 1357 – 1371 M
6.    Niskala Wastukencana, 1371 – 1475 M  +  Ratna Sarkati
7.    Susuk Tunggal
8.    Dewi Niskala, 1475 – 1482 M, melahirkan keturunan Raja – Raja Pajajaran

Niskala Wastukencana  +  Ratna Sukarti,
Susuk Tunggal
Amuk Murugul
Ki Ageng Japara
Matangsari
+  Abdurahman
Muhamad ( Pangeran Palakaran )
Pangeran Santri ( Jaya Perkosa )
Geusan Ulun ( Pangeran Angkawi Jaya )
Ratu Harisbaya   +
+  Gedeng Waru
·  Rd Soeriadiwangsa
Rd. Wangsasubaya
Keturunan Cisalak
Di Regol
Rd. Rangga Nitinagara
( Bupati Pagaden )

Rd. Rangga Panengah
( Bupati Pagaden )

Rd. Dalem Wangsatanu  I
( Bupati Pamanukan )

Rd Kusumadinata
( Pangeran Rangga Gede )
 






























Dewi Niskala, 1475 – 1482 M, melahirkan keturunan Raja – Raja Pajajaran ;
1.  Sri Baduga Maharaja ( Prabu Susuk Tunggal 1 ), Prabu Siliwangi ke-1, 1482 – 1521 M
2.  Surawisesa ( Prabu Banyak Larang ), 1521 – 1535 M
3.  Ratu Dewata Buana ( Prabu Banyak Wangi, 1535 – 1543 M
4.  Ratu Sakti ( Prabu Munding Kawali ), 1543 – 1543 M
5.  Nilakendra ( Prabu Anggalarang ), 1551 – 1567 M
6.  Raga Mulya Surya Kencana ( Prabu Cakraningrat ), berkeraton di Pakuan Pajajaran bernama kraton “Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati”, sebagai Prabu Siliwangi ke – VI, 1567 – 1579 M, mempunyai 3 ( tiga ) permaisuri ;
v  Nyai Subang Karancang ( Putri asal Malaka dididik di Pesantren Karawang )
v 
Sunan Rangga Lawe
Maharaja Inten Kadaton
v  Maharaja Inten Dewata     

MAHARAJA INTEN KEDATON, Puputra :
1. 
Prabu Pucuk Ulum ( Sunan Talaga )

Nyai Gedeng Waru  +  Geusan Ulun
2. 
Arya Kikis ( Sunan Wanapri )

Sunan Ciburang

Rd ARIA WANGSA GOPARANA

Rd. Arya Wiratanu Datar
Dalem Cikundul ( Cianjur )

Balik Layaran, puputra ;   




SUMEDANG
 
v   NYAI GEDENG WARU  +  PANGERAN GEUSAN ULUN
1.         Pangeran Rangga Gede, puputra ;  Rd. Waangsasoebaya         Keturunan Cisalak                      
2.         Rd. Arya Wiraredja
3.         Kyai RG Patra Kelasi
4.         Arya RG Haur Kuning
5.         Ngabehi Watang
6.         Nyi Demang Cipaku
7.         Nyi Mas RG. Martayuda
8.         Nyi Mas RG Wiratama
9.         Rd Rangga Nitinegara ( di Pagaden )
10.      Nyi Mas RG Pamande
11.      Nyi Mas Dipati Ukur
12.      Pangeran dipati Kusumah Dinata
13.      Tumenggung Tegal kalong
14.      Kyai Demang Cipaku
15.      Rd. Soeriadiwangsa ( Pangeran Rangga Gempol I ), ( dari Ratu Harisbaya )







Dalem RG Panengah
( Bupati Pagaden )
Dalem Panembahan Wangestanu
( Bupati Pamanukan )
Rd. Wiradiredja
( Kepala Cutak Pamanukan )
Rd. Tanudiredja
( Demang Pamanukan )
Pagaden / Pamanukan
Rd Rangga Nitinegara ( di Pagaden )





SUMEDANG
 


Rd. Soeriadiwangsa ( Pangeran Rangga Gempol I ), ( dari Ratu Harisbaya )
Dalem Kusumadinata
1759 - 1761

Pangeran Rangga Gede Kusumadinata
1625 - 1633
Pangeran Rangga Gempol II
1633 - 1656
Pangeran Panembahan Kusumadinata
Rangga Gempol III 1656 - 1706
Dalem Tanumadja
1706 - 1709

Pangeran Dipati Kusumadinata
1709 - 1744
Dalem Istri Radjaningrat
1744 - 1759

Dalem Adipati Surianagara
1761 - 1765

Dalem Adipati Surialaga
1765 - 1773

Dalem Adipati Tanubaya
1773 - 1789

Dalem Aris Sacapati
1789 - 1791

Pangeran Kusumadinata ( Pangeran Kornel )
1791 - 1828

 
























Rd. Aris Adipati Martanagara
( Bupati Bandung ) 1893 – 1918
Dibawa oelh Pelukis Rd. Saleh
Dalem Adipati Kusumahyuda
( Dalem Ageung ) 1828 - 1833
Suriadilaga
( Patih, Wakil Bupati Tumenggung ) 1834 - 1836
Suria Kusumah Adinata
( Pangeran Sugih ) 1836 - 1882
Pangeran Aria Suria Atmadja
( Pangeran Mekah ) 1882 - 1919
Rd Adipati Aria Kusumahdilaga
( Dalem Bintang ) 1919 - 1937
Rd Tumenggung Aria Suriakusumah Adinata
( Dalem Bintang ) 1937 - 1946
PANGERAN KUSUMADINATA ( Pangeran Kornel ) 1971 – 1828










Nyi Rd Murtisah
Rd Kusumahardja
Rd Hamid Kusumahardja
Rd Aria Adipati Suryadjanegara
( Bupati Bogor ) 1925 - 1943
SURIA KUSUMAH ADINATA  ( Pangeran Sugih ) 1836 – 1882





















v  
IMBANAGARA CIAMIS
PRABU PUCUK ULUM ( SUNAN TALAGA )
Prabu Haur Koneng
Tanu Rangga Nom
Kertabuwi I
( Bupati Karawang ) 1635 – 1674
Dibunuh di Ciparage ( Cilamaya ) Singaperbangsa

Kanjeng Aria Adipati Djayanagara
( Bupati Imbanagara – Ciamis )
Rd Adipati Angganaya
Rd Adipati Soetadinata
Kanjeng Aria Adipati Koesoemahdinata  I
( Bupati Imbanagara – Ciamis )
Rd Ayu Candranagara
+   Dalem Djayabaya
Soerawidjangga
Soerawidjangga
Singasantana
1.     NARASOMA
2.     Nyi Suama ( Kalijati )
3.     Raga Santana
Kyai Wiraperbangsa
( Senopati Karawang ) 1633
Diangkat oleh Sultan Agung

Dalem Wiraperbangsa
Dipati Singasari Panatayuda

R.A. Singaperbangsa
( Bupati Brebes ) asal Karawang
PAMANUKAN
 














NARASOMA, puputra ;
1.      Narakusumah
2.      Naraperbata
3.      Narapersanta
4.      Ibu PERMI   +  MARTABAT KERTADILAGA ( Demang Bintang )
5.      Narapertaka
6.      Narawidjaya
7.      Narasudjatna
8.      Ibu Perningsih
9.      Ibu Permas  + Kalnat Natadira

1.     Ibu Aneh
2.     Ibu Anah
3.     Ibu Encih
4.     Ibu Enting Puspitasari Djayawisastra
5.     Ota
6.     Ibu Anih
+   Ama Bratamidjaya
1.     Husen
2.     Saodah
3.     Ibu I’i
4.     Nana Supena
5.     Drs Rahmat Bratamidjaya
6.     ……………………..  ( Bandung )
7.     Siti Halimah  +  Lili
8.     Nani
NARAKUSUMAH, Puputra ;                         
Ama Jaksa, puputra ;                 










Ibu PERMI   +  MARTABAT KERTADILAGA ( Demang Bintang )
( akan dibahas pada lembaran khusus )

Ibu Permas  + Kalnat Natadira,  puputra ;
1.     Ibu Onengrum ( Ibu Tasik )
2.     Ibu Anom / Banter Djayadikarga
3.     Ibu Arnen
4.     Ibu Anggrum
5.     Ibu Umas
1.     Banon  +  Didi Radiam
2.     Banan  +  Ratu Asiah
3.     Bandi  +  Dedeh
4.     Barnengsih  +  Supangat
5.     Drs. Barli  +  Asih
6.     Enor  +  Moh. Husen
7.     Hj. Halimah  +  H. Oeriya S.
1.     H. Soeparli ( Toko UMAS )
2.     Soenarya
3.     Abas
4.     Tuti Sutarti
5.     Bahur Uung Kurnia
6.     Siti Rayati
7.     Dewi
 































SILSILAH
Keturunan Raden Arya Wangsa Ghoparana


RAGA MULYA SURYA KANCANA
( PRABU CAKRANINGRAT )
PRABU SILIWANGI KE VI
Menikah
MAHARAJA INTEN KEDATON
( Istri Ke 2 )
BALIK LAYARAN
( Adik dari Nyai Gedeng Waru + Geusan Ulun )

Prabu Pucuk Ulum

Sunan Wanaperi

Sunan Ciburang

Rd. ARYA WANGSA GHOPARANA

Rd. ARYA WIRATANUDATAR
( Dalem Cikundul  ) Cianjur
1.    Rd. H. Suriakancana ( Jln. Gunung Gede )
2.    Putri Calancang ( Jln Gunung Gede )
3.    Prabu Endang Kancana ( Jln Gunung Ciremai )
4.    Rd. Andaka Wirasajagad (  Jln Gunung Sembung )
5.    Rd Arya Wiratanudatar ( Tarikolot, Pamoyanan )
6.    Rd Arya Wiradimanggala
7.    Rd ARYA YUDANAGARA ( Bupati Sagalaherang )
8.    Rd Arya Kertayuda ( Bupati Ciasem )
Rd Dalem Cakradipa
Rd Dalem Yuda Anggaprana
Rd NGABEHI MADAMADIA
Kepala Cutak Sagalaherang
 



















Rd. ARYA YUDANAGARA ( Bupati Sagalaherang )




Raden NGABEHI MAHAMADIA, seorang Kepala Cutak Sagalaherang yang dimakamkan di Pajaratan Cinengah, Sagalaherang menikah dengan Nyi Mas Tedjakusumah ( putri dari Kyai Patih Soeradimerta, mempunyai 12 orang putra yaitu ; )
1.     Rd. Mastawadana Mertawadana
2.     Rd. Ngabehi Diapradja
3.     Rd. Ngabehi Sastradiredja
4.     Nyi Rd. Sawiyah
5.     Nyi Rd. Oji
6.     Nyi Rd. Mariah
7.     Rd. RANGGA MERTAYUDA  I ( RADEN MARTADIREDJA  +  ALKAMAH )
8.     Rd. Prawiradiredja ( Demang Pasircabe, Pagaden )
9.     Nyi Rd. Rosa
10.  Nyi Rd. Arsih

11.  Nyi Rd. Ariya  +  Rd. Prawiranata
12.  Rd. Mertadiredja ( Mantri, Balandong Pagaden )
Rd. RANGGA MERTAYUDA  I
( Demang Batusirap ) dimakamkan
Di Gunung Sirnapati, Cisalak mempunyai  11 Istri dan 29 puputra

 


Alkamah  ( Isteri ke – 1 ) ;
1.     Nyi Rd. Tedjakusumah  +  Rd. Natadipradja ( Demang Cinengah )
2.     Nyi Rd. Mantriyakusumah  +  Rd. Demang Sukramarmada
3.     Rd. Madiakusumah  + Rd. Rangga Mertayuda II
4.     Rd. Mertadikusumah

Nyi Sakem ( Isteri ke – 3 ) ;
1.     Nyi Natiyah
Nyi Djiyah( Isteri ke – 5 ) ;
1.     Rd. Sastradiredja ( Indrakusumah )
2.     Rd Mertakusumah
3.     Nyi Naga
4.     Nyi Ipat Ledjakusumah
5.     Rd Adimarta
6.     Nyi Marnah
Nyi Kamilah ( Isteri ke – 7 ) ;
1.     Nyi Ledjakusumah  + Mas Sudjanapradja
2.     Rd Satriyadikusumah
3.     Nyi Rd. ONTJA RANAMIRAH  +  MAS DHAYADIKARTA
4.     Nyi Ratnakusumah  +  Rd Kusumahdikara ( Demang Kalijati )
Nyi Sabiyah( Isteri ke – 9 ) ;
1.     Nyi Alsah
Nyi Antep ( Isteri ke – 11 ) ;
1.     Rd Suwidjadikusumah
2.     Nyi Rudjimah ( Rd Ayu Gilangkusumah )
( Istri Dalem Rd. Tumenggung Aria Sastradiningrat, Bupati Karawang di Purwakarta )
Nyi Tarisem ( Isteri ke – 10 ) ;
1.     Nyi Arbah  +  Mas Djayawinatakusumah
2.     Nyi Marbah
3.     Nyi Eneh  +  Umbul Astadinata
4.     Nyi Andjeuh  +  Mas Ardjadikusumah ( Demang Sagalaherang )

Nyi Rontiah( Isteri ke – 8 ) ;
1.     Nyi Arwiyah
Nyi Gidol ( Isteri ke – 6 ) ;
1.     Nyi Perempu + Mas Tjakradiredja Sagalaherang
2.     Rd Samista
3.     Rd Sudamuarsa
4.     Nyi Arniyem  +  Mas Madipradja Subang
Nyi Songi ( Isteri ke – 4 ) ;
1.     Nyi Ayimah
Nyi Kano ( Isteri ke – 2 ) ;
1.     Nyi Ame
 
















A.     Nyi Rd. Tedjakusumah  +  Demang Narapradja, Cinengah
(A.1)  Rd. Padmadikusumah (A.1.1)
(A.2)  Nyi Rd. Munisah
(A.3)  Nyi Rd. Siti Riyah isteri Penghulu Cisalak
(A.4)  Nyi Rd. Ariyam isteri Rd. Mertadikarga

B.    Rd Madiakusumah  +  Rd Rangga Mertayuda  II
(B.1)  Persantakusmah, Demang Batusirap
(B.2)  Rd. Madiakusumah
(B.3)  Rd. Girikusumah
(B.4)  Nyi Rd. Kurniyah isteri Rd. Adiwilagakusumah
(B.5)  Rd. Prawirakusumah

C.    Rd Mertadikusumah
(C.1)  Nyi Rd. Etji
(C.2)  Nyi Rd. Ita
(C.3)  Rd Kertakusumah
(C.4)  Rd. Mertadikarga



(C.5)  Rd. Armadjakusumah
(C.6)  Nyi Rd. Tedja isteri Rd. Tisnakusumah

D.    Nyi  Rd. Ame isteri Mas Natadipura, Demang Malang ( Purwadadi )
(D.1)  Neng Ruwiyah
(D.2)  Neng Djuwiyah
(D.3)  Mas Purakusumah
(D.4)  Mas Mertadiredja
(D.5)  Neng Murtidjah

E.     Nyi Sakem
(E.1)  Nyi Natiyah isteri Rd. Natakusumah alias Rd. Wirakusumah

F.     Nyi Ajimah Isteri Mas Kernadiparta, Demang Ciasem
(F.1)  Mas Partakusumah
(F.2)  Mas Ardikusumah

G.    Rd. Sastradiredja ( Rd. Indrakusumah )
(G.1)  Puputra 11 orang

H.    Rd. Mertadikusumah
(H.1)  Nyi Rd. Enden Rusmi isteri Mas Partakusumah ( Blok Jagal )

I.       Nyi Ipat Ledjaksumah  isteri Mas Jayakusumah, Demang Wanaredja
(I.1)   Mas Priyatnakusumah
(I.2)   Nyi Rukenya isteri Mas Kartakusumah
(I.3)   Nyi Murtiya  isteri Nas Purakusumah

J.     Nyi Naga  isteri Rd Sutadipura, Patih Karawang di Purwakarta
(J.1)  Mas Sutadikarta
(J.2)  Mas Kusumahdipura, Patih Karawang
(J.3)  Neng Titi  isteri Mas Mertadiredja

K.    Rd Adimarta, Demang Batusirap
(K.1)  Nyi Rd. Supenah
(K.2)  Rd. Adiwikarta, Demang Sagalaherang (1894)
(K.3)  Rd. Sukartakusumah ( Rd. Adiwilaga )
(K.4)  Rd. Adiwidjaya
(K.5)  Rd. Umar Adimarta ( misah ibu )

L.     Nyi Marnah isteri Rd. Sumadiharga, Demang Pagaden
(L.1)  Enden Siti isteri Rd. Yudakusumah
(L.2)  Enden Djenab isteri Rd. Mertakusumah
(L.3)  Rd. Karadikarga
(L.4)  Rd. Amastakusumah
(L.5)  Rd. Wilaga
(L.6)  Rd. Suwata







M.    NYI  Rd. ONTJA RATNAMIRAH  isteri  MAS DJAYADIKARTA
(M.1)  Neng Otje
(M.2)  MAS MARTABAT KERTADIKARGA, DEMANG BINTANG SUBANG
(M.3)  Mas Djayadikarta, Umbul Subang
(M.4)  Mas Kertadria
(M.5)  Mas Djayasukarta
(M.6)  Neng Djumirah
(M.7)  Neng Mutinah isteri Mas Sutadikarta
(M.8)  Mas Sulan

MAS MARTABAT KERTADIKARGA, DEMANG BINTANG SUBANG
Isteri Nyi Rd. PERMI NARASOMA asal Imbanagara ( Ciamis )
(a)       Nyi Mas Balnengsih ( Ibu Demang Kalijati )
(b)       Mas Barlen Kusumadiharga
(c)       Mas Ukin Kertasukarga ( Baron )
(d)       Nyi Mas Unit isteri Rd. Soendoro Soemawiroto ( Rd. Soemoprawiro )
(e)       NYI MAS UMNENGSIH  isteri Rd. ADNAR ADIAKUSUMAH ( Demang Jonggol )
(f)        Mas Banteng Kertakusumah
(g)       Mas Banter Djayadikarga + Nyi Mas Anon binti Kalmat Natadira
(h)      Mas Bahyar Kargasaputra  +  Arkesih
(i)        Nyi Mas Permas  +  Rd. Karwata Perdanakusumah ( Wedana Sukamandi )
(j)        Nyi Mas Djuheriyah  +  Rd. Abyar Prayadipura

(b)  Mas Barlen Kusumadiharga
(b.1)  Nyi Mas Anggrum (1909)
(b.2)  Nyi Mas Djuliah isteri Rd. Suherlan
(b.3)  Nyi Mas Djuwita  isteri Rd. Tanudibrata
(b.2)  Nyi Mas Djuliah isteri Rd. Suherlan
(b.2.1)  Rd. Huningrah dari Bapak Rd. Semeru Sumadiharga
(b.2.2)  Rd. Ema Utama

(b.3)  Nyi Mas Djuwita isteri Rd. Tanudibrata
(b.3.1)  Mas Husu
(b.3.2)  Mas Hurahmat
(b.3.3)  Mas Husendar
(b.3.4)  Mas Haryono
(b.3.5)  Mas Hendarsah
(b.3.6)  Nyi Rohaeti
(b.3.7)  Mas Kiswara

(c)   Mas Ukin Kertasukarga ( Baron )

(c.1)  Mas Subri  suami Ibu Maemunah asal Betawi ( Jakarta )
(c.2)  Nyi Mas Umningsih isteri Mas Ruhimat
(c.3)  Nyi Mas Rahmi


(c.1)  Mas Subri suami Ibu Maemunah
(c.1.1)  Karnaedi
(c.1.2)  Rudarpi
(c.1.3)  Mundarip
(c.1.4)  Suwarni
(c.1.5)  Kulsum
(c.1.6)  Kulsi

(c.2)  Nyi Mas Umningsih isteri Mas Ruhimat ( Pasirkareumbi )
(c.2.1)  Apit Susiyandi

(d)  Nyi Mas Unit isteri Rd. Soendoro Soemawiroto ( Rd. Soemoprawiro )
(d.1)  Rd. Semeru Soemadiharga
(d.2)  Rd. Mukharam ( Aom )
(d.3)  Rd. Soewendi Sumawiguna
(d.4)  Rd. Soemedi
(d.5)  Rd. Marsudi

(d.1)  Rd. Semeru Soemadiharga, dari Ibu Rasiah ( Rangkas )
(d.1.1)  Rd. Winarty Susilawati isteri Aja Subagja
(d.1.2)  Rd. Hery Susyandi Suami Nia Dhania
(d.1.3)  Rd Winny Puspitasari
(d.1.4)  Rd. Ir. Hendra Gunawan ( Alm )

(d.2)  Rd. Mukharam ( Aom )
(d.2.1)  Rd Eneng
(d.2.2)  Rd Sudadja
(d.2.3)  Rd Dadang
(d.2.4)  Rd Sutarsih
(d.2.5)  Rd Ucup
(d.2.6)  Rd Tina

(e)  NYI MAS UMNENGSIH isteri Rd. ADNAR ADIAKUSUMAH ( Demang Jonggol )
(e.1)  Rd. Daon
(e.2)  Nyi Rd. Arseha (1915)
(e.3)  Rd. KUSNA ADIAKUSUMAH  +  Hj. Rd. TUTI MURTISARI

(e.1)  Rd. Daon + Rd. Halimah
(e.1.1)  Nyi Rd. Murdiyah  + Rd. Hitnes S. BA.,
(e.1.1.1)  R. Tika Kartikasari  +  Drs. Dadan Dasari, MSi.,
(cm1)  R. Iftikari Fauzia Hanifa




(e.1.1.2)  R. Ade Tribarkat  +  Drs. Deni ermawan MSi.,
(cm2)  R. Nenden Puri Asputri
(cm3)  R. Niken
(e.1.1.3)  R. Vivi Rosmaladewi  +  Drs. Yudi
(cm4)  R. Hana Amady Viadi
(e.1.1.4)  R. Ida Maulida  +  A. Mudopir
(cm5)  R. Firda Ghina Fitri
(cm6)  R. Shomy Shaidar
(e.1.1.5)  R. Ayi Satria Nugraha, SE

(e.2)  Nyi Rd. Arseha +  Rd. Hidayat Wiriakusumah
(e.2.1)  Nyi Rd. Dra Ningrum
(e.2.2)  Nyi Rd. Maria isteri Drs. Rd. Haryono
(e.2.3)  Rd. Lukman Wiriakusumah, BA., suami Tuhutin
(e.2.4)  Nyi Rd. Dra. Hj Hartati Wiriakusumah isteri H.I. Kusnadi, SH
(e.2.5)  Rd. N. Djulaeha, BA, ( dari suami Soelaeman )

(e.2.2)  Nyi Rd Maria Wiriakusumah Isteri Drs. Rd. Haryono
(e.2.2.1)  Rd. Ir. Eddy Junaedi +  Ir. Siti Aminah
(cma1)  R. Bagus Agung Putra
(cma2)  R. Sarah Amartiya
(e.2.2.2)  Rd. Drs. Edwin Juanda +  Hartini
(cma3)  R. Adrihuda
(cma4)  R. Faizal Haris
(e.2.2.3)  Rd. Erwin Juniardi, SE
(cma5)
(e.2.2.4)  Nyi Rd. Dra. Dewi Nirmala   +  Ir. Yoggy
(cma6)  R. Fadillah Darajat
(e.2.2.5)  Nyi Rd. Irma Agustina  +  Rd. Drh. Henri Eko Suwarno
(cma7)  R. Prima Milatina
(cma8)  R. Bariq Asjam

(e.2.3)  Rd. Lukman Wiriakusumah, BA, Suami Tuhutin
(e.2.3.1)  Rd. Ratna
(e.2.3.2)  Rd. Ganjar
(e.2.3.3)  Rd. Pepey
(e.2.3.4)  Rd. Wahyu
(e.2.3.5)  Rd. Gugun

(e.2.4)  Nyi Rd. Dra. Hj. Hartati Wiriakusumah isteri H.I. Kusnadi, SH
(e.2.4.1)  Rd. Agah suami Yuyun
(e.2.4.2)  Rd. Putri
(e.2.4.3)  Rd. Lulu




SILSILAH
Rd. Kusna Adiakusumah dan Hj. Rd. Tuti Murtisari

 



NYI Rd. UMNENGSIH dan Rd. ADNAR ADIAKUSUMAH
Rd. Madjakusumah
Rd. Karakusumah
Rd. Yoyo Martakusumah
+   E. Nurhamah
1.       Rd. Ace
2.       Rd. Hj. TUTI MURTISARI
3.       Rd. E. Abas
4.       Rd. Neneng  +  Masid
5.       Rd. Yoyok Rahmat  +  Emah
6.       Rd. Dadang Hidayat  +  Enggay
7.       Rd. Nurmansyah  + Titin
8.       Rd. E. Mintarsih  +  Drs. O Haryanto
R. ARYA WIRATANUDATAR
( Dalem Cikundul, Cianjur )
R. Arya Kertayuda
R. Rasman Djayadipraja
Rd. Ontja Ratnamirah  +  Rd. Djayadikarta
Rd. Madiakusumah
( Rd. Rangga Mertayuda II )
Rd. KERTADIKARGA
( Demang Bintang )
Rd. Persantakusumah
Rd. Perwitakusumah
+  Rd. PERMI NARASOMA
Rd. Madakusumah
Rd. Adiakusumah
Rd. Oewat    +
Rd. ADNAR +ADIAKUSUMAH
NYI Rd. UMNENGSIH
+
1.     Rd Daon
2.     Rd. Arseha
3.     Rd. KUSNA ADIAKUSUMAH
+   Rd. Hj. TUTI MURTISARI
1.       Rd. Maman Suparman A.
2.       Rd. Yeti Kusmiati  A.
3.       Rd. Dedhie Supryadi A. (Alm)
4.       Rd. Drs. Tata Suparta A.
5.       Rd. Jaja Suharja
6.       Rd. Drs. Cecep Mulyadi
7.       Rd. Elly Kusmaeli
 


















































(e.3)  Rd. KUSNA ADIAKUSUMAH  +  Hj. Rd. TUTI MURTISARI
(e.3.1)  Rd. Maman Suparman A. +  Nuryani
(e.3.2)  Rd. Yeti Kusmiati A.  +  Ir. Johansyah  + E. Tarsim
(e.3.3)  Rd. Dedhie Suryadi A.  +  Rd. Tieni Ratna Suprapti
(e.3.4)  Rd. Drs. Tata Suparta A.  +  Ana Purwati Kudus
(e.3.5)  Rd. Jaja Suharja  A. +  Hj. Tati Supraptiningsih
(e.3.6)  Rd. Drs. Cecep Mulyadi A.  +  Euis Hastary
(e.3.7)  Rd. Elly Kusmaeli  A.  +  Miftah

(e.3.1)  Rd. Maman Suparman A.  +  Nuryani
(e.3.1.1)  R. Yatie Nurhayati  +  Wiwit Wijayanto
(ck1)   R. Cynthia Widhah Nagari
(ck2)   R. Cyndi Widhiya Naava
(ck3)   R. Chakra Weisa Naura
(e.3.1.2)  R. Dian +  Herman
(ck4)  R. Dariel Ahmad Herdian
(ck5)  R. Devin Adlan Herdian
(e.3.1.3)  R. Yogie
(ck6)
(ck7)

(e.3.2)  Rd. Yeti Kusmiati A
(e.3.2.1)  R. Ir. Tintien Yuliatin ( Ir Johansyah )  +  Adji Sapto S. Si.,
(ck8)    Kembar (Alm)
(ck9)    R. Aulia Setiaji Putri
(ck10)  R. Rashid Setiaji Putra
(ck11)  R. Haidar Setiaji Putra
(e.3.2.2)  R. Dina Rahayu, AMd., + Rochmat






(e.3.3)  Rd. DEDHIE SUPRYADI  A. (Alm) +  R. TIENI RATNA SUPRAPTI
(e.3.3.1)  R. Andrie Lesmana, A. ST.,  +  Iis Nuryanie
(ck12)  R. Nanda Virdhatul Nissa A. (Alm)
(ck13)  R. Naufal Faishal Fathin A.
(ck14)  R. Nandya Syiefa Maharani A.
(e.3.3.2)  R. Yudhie Irawan A. SE., +  Rini Hartati, AMd.,
(ck15)  R. Moch. Rivaldi A.
(ck16)  R. Azzam
(e.3.3.3)  R. Yovan Wijznu Firdaus A. AMd + Iin

(e.3.4)  Rd. Drs. Tata Suparta  A.  +  Ana Purwati Kudus
(e.3.4.1)  R. Fenny Suryani, A. ST  +  Hendra
(ck17)  R. Syawal
(ck18)  R. Cut Putri
(e.3.4.2)  R. Denny Dharmawan, A SIp.  +  Ratna
(ck19)  R. Reihan
(ck20)  R. Reva
(e.3.4.3)  R. Sani Rubyansah A. + 
(ck21) 

(e.3.5)  Rd. Jaja Suharja A.  +  Hj. Tati Supraptiningsih
(e.3.5.1)  R. Heni Novianti, A. SIp.,  +  Agus Dodi
(ck22) 
(e.3.5.2)  R. Galih Rakasiwi, SPd., 

(e.3.6)  Rd. Drs. Cecep Mulyadi, A  + Euis Hastary
(e.3.6.1)  R. Yulia Intan Permatasari A.
(e.3.6.2)  R. Yudha Anton Pratama A.

(e.3.7)  Rd. Elly Kusmaeli  + Miftah
(e.3.7.1)  R. Em Valley Nur  (Alm)
(e.3.7.2)  R. Tirto Ramadian Farih
(e.3.7.3)  R. Ikhwan Jundi (Alm)
(e.3.7.4)  R. Rizkal Muharram